Kamis, 12 Agustus 2010

Rahmat di Bulan Nan Mulia


Siapa yang tak senang jika
kedatangan tamu istimewa?
Pasti sebagian kita
mempersiapkan dengan baik
untuk menyambut tamu yang
dinanti-nanti bahkan jauh-jauh
hari sebelumnya.
Itulah bulan Ramadhan, bulan
yang mulia. Kenapa bisa
dikatakan istimewa? Ya, ia
istimewa karena saat itu
pintu-pintu ampunan dan
rahmat dibuka lebar-lebar
sedangkan pintu-pintu neraka
ditutup rapat dan setan-setan
dibelenggu.
Bagaimana tidak, di bulan
yang penuh berkah ini seluruh
muslim/ah di seluruh dunia
diwajibkan berpuasa menahan
rasa lapar, haus, pun hawa
nafsu yang paling sulit
dihadapi. Mulai dari menjaga
lisan dalam berucap, menjaga
mata dalam melihat, menahan
amarah sampai menahan
nafsu-nafsu lain yang selalu
kita hadapi dalam mengarungi
hidup ini.
Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu
bertakwa (QS 2 : 183)
Sudah lima kali aku melewati
Ramadhan di Negeri Gajah
Putih. Seperti tahun-tahun
sebelumnya, tak ada tanda-
tanda bahwa bulan itu bulan
Ramadhan di sekitar tempat
tinggal kami.
Walaupun Islam menjadi
agama terbesar kedua di
Thailand setelah Budha,
namun spanduk atau umbul-
umbul menyambut bulan
Ramadhan tak pernah
ditemukan di pinggir-pinggir
jalan atau di mall-mall.
Suasana Ramadhan hanya ada
di sekitar mesjid-mesjid yang
jumlahnya bisa dihitung oleh
jari.
Siang itu, panas kota Bangkok
terasa sangat terik. Aneka
jajanan sepanjang jalan
menuju rumah kami utamanya
minuman dingin terlihat
sangat menggiurkan.
Ada kelapa muda yang
dikemas cantik, jus jeruk yang
menyegarkan, dan aneka
macam sirup warna-warni
serta es krim yang dibalut roti
dengan topping coklat,
menambah berat ujian kami
menjalankan puasa di panas
yang menyengat. Belum lagi
cara orang Thai yang senang
berbusana sekenanya di
musim panas saat itu
membuat kami harus ekstra
hati-hati menjaga pandangan
mata. Semoga ujian-ujian ini
menambah besar pahala
kami, aamiin.
Dari kita untuk kita, mungkin
itulah istilah yang tepat bagi
kami sebagai kaum minoritas
dan para perantau. Agar lebih
bersemangat mengisi bulan
Ramadhan, kami disibukkan
dengan berbagai kegiatan.
Mulai dari menyiapkan sahur
dini hari di rumah masing-
masing, disambung pagi hari
kaum ibu melakukan taddarus
bersama dengan target
khatam Qur ’an, dilanjutkan
dengan sore hari menyiapkan
buka puasa di rumah sampai
sholat tarawih di mesjid
kesayangan kami di KBRI pada
malam harinya.
Selain itu setiap Sabtu dan
Minggu diisi dengan buka
bersama untuk seluruh warga
Indonesia yang ada di
Thailand. Para ibu siap bahu
membahu menyediakan
hidangan berbuka puasa.
Saat-saat seperti itu
menambah gairah ibadah
kami sehingga tak terasa
sebulan berlalu begitu cepat
dan tibalah saatnya
menyambut hari kemenangan,
Idul Fitri.
Bicara soal puasa, aku jadi
teringat cerita seorang
sahabat yang lupa mematikan
kompor di rumahnya. Kala itu,
saat tiba di rumah sehabis
bertaddarus, sahabatku yang
juga seorang ibu rumah
tangga memanaskan semur
daging untuk menu berbuka
mereka sekeluarga magrib
nanti.
Sambil menunggu masakan
menjadi hangat, sahabatku
duduk menyimak berita
Indonesia melalui saluran
antena parabola yang tersedia
di apartemennya. Tak semua
apartemen menyediakan
saluran Indonesia. Berita dari
tanah air menjadi dambaan
kami para perantau. Tak
terasa, panas yang menyengat
saat berpuasa membuatnya
haus dan letih….ia pun
tertidur di bangku sofa.
Semilir asap harum semur
daging yang terbawa angin
menyadarkannya dari tidur.
Wangi sekali, siapa yang
masak ya? Pikir temanku.
Seketika sahabatku melompat
dari kursinya tersadar bahwa
saat itu ia sedang
menghangatkan semur daging
untuk berbuka.
Tak tahu sudah berapa lama
ia tertidur, segera iapun
berlari menuju dapur. Wah,
gosong sudah menu andalan
berbuka! Batinnya berseru. Di
luar dugaan, ternyata
Subhanalloh…..semur daging
itu masih utuh dan masih
berair!
Sahabatku terheran-heran,
rasanya tak mungkin semur
itu masih utuh. Dalam
benaknya terbayang daging
yang menghitam disertai
kepulan asap memenuhi
ruangan diiringi bunyi alarm
kebakaran yang
membisingkan seisi
apartemen.
Namun yang dijumpainya
sungguh bagaikan mimpi. Tak
ada daging gosong, justru
semurnya bertambah kental
dan dagingnya bertambah
empuk sekaligus ia telah
mendapatkan nikmat tidur
yang tiada disangka-sangka
sebelumnya.
Semua ini terjadi karena
pertolongan dan perlindungan
dari Zat Yang Maha
Penyayang. Maha Suci ALLOH
yang telah menjaga
sahabatku, keluarganya,
bahkan seisi apartemennya
dari musibah kebakaran yang
dikhawatirkannya.
Sesungguhnya rahmat ALLOH
amat dekat kepada orang-
orang yang berbuat baik (QS
7 : 56)
Inilah salah satu rahmat yang
tercurah kepada siapapun
yang dikendaki-NYA di bulan
penuh berkah. Mungkin jika
kejadian itu bukan di bulan
yang penuh berkah, akan lain
lagi ceritanya.
Rupanya sahabatku yang
setiap memasak selalu
memutar kompor listrik ke
titik 6 (terpanas), siang itu
tanpa sadar ia memutar
tombol kompor listrik ke titik
1 (terendah).
Sahabatku, terima kasih telah
berbagi cerita. Semoga kisah
hikmah ini dapat menambah
ketakwaan kita kepada Illahi
Rabbi akan berkah di bulan
nan mulia dan berharap kita
masih diberi kesempatan
meraih kemenangan yang
hakiki di hari yang fitri,
inshaALLOH. Wallohu a ’lam
bishshowaab.

0 komentar:

Posting Komentar

MOTEKAR-LIFE™ © 2008 Template by:
SkinCorner