Kamis, 29 Juli 2010

Antara Suami Dan Ibu...!

Antara Suami Dan Ibu
Rabu, 16/06/2010 06:35 WIB |
email | print | share
Assalamu alaikum wr wb...
Semoga pertanyaan saya
bukan karena amarah atau
kekecewaan, tapi untuk
menambah keyakinan dan
khzanah ilmu.
Istri saya jarang sekali mau
menghargai saya dibanding
dengan ibunya, ketika saya
tanya hal itu dia berkata
kalau ibunya lebih berhak
karena ibunya yang
melahirkan dia walaupun
ucapan saya benar. Jika saya
menyarankan sesuatu tetapi
tidak sesuai dengan kebiasaan
ataupun keinginan ibunya, dia
terang-terangan mengabaikan
saya.
Istri sayapun sering
mengungkit sesuatu yang
menurutnya buruk pada
keluarga saya. Jika keluarga
saya minta pertolongan saya
maka segala upaya dia
lakukan agar saya tidak
melakukannya.
Dalam hal keuangan istri saya
berprinsip uang suami harus
dipegang istri saya semua, dan
saat ini saya jarang sedekah
harta karena saya jarang
memiliki uang, bahkan ketika
laparpun terkadang saya
harus meminjam uang teman.
Istri saya begitu menghargai
ibunya walaupun ibunya jauh
dari kehidupan islam dan
sering melakukan hal musyrik
bahkan tak jarang menyakiti
istri saya. Bahkan ketika
mereka bertengkar, istri saya
langsung sholat dan
mengaji.... Tapi hal itu tidak
berlaku bagi saya. Jika dia
ribut sama saya, sholat pun
tak mau dilakukan.
Perlu diketahui perilaku ibu
mertuapun sama demikian
adanya....
Semoga ini bukan kemarahan
saya.
Wassalaam
istri membangkang
Jawaban
Wa’alaikumussalam
warahmatullahi wa
barakatuhu
Bapak Abdullah yang
diberkahi Allah, tentu bukan
perkara yang mudah bagi
Anda menghadapi istri, seperti
yang Anda ceritakan tadi.
Menilik latar belakangnya,
tampaknya istri tidak
dibesarkan dalam didikan
agama yang baik, terbukti ia
tak rutin menjalankan sholat
lima waktu, ia belum
mengetahui hak suami atas
istrinya, begitu juga dengan
kewajibannya masing-masing,
dan ia pun tak mampu
menempatkan skala prioritas
antara suami dan ibunya.
Akibatnya Anda mendapatkan
masalah yang beruntun
karena akar masalahnya,
yaitu interaksi seseorang
dengan agamanya, tidak
dicarikan jalan keluar terlebih
dahulu.
Bapak Abdullah yang
diberkahi Allah,
Sebelum Anda memutuskan
untuk menikahinya dulu, tentu
Anda sudah mengenal istri
Anda, kan Pak? Anda pasti
memiliki alasan yang kuat
kenapa dulu menikahinya.
Apakah semata-mata karena
cantiknya? Atau ada faktor
yang lain? Bila Anda masih
ingat alasan Anda itu,
tentunya Anda sekarang bisa
mengevaluasi, apakah setelah
menikah dengan Anda,
kebaikannya justru Anda
dapatkan atau sebaliknya,
justru keburukannya yang
menjadi lebih dominan?
Namun apapun, semua sudah
Anda putuskan, tentu dengan
segala risikonya, betul kan
Pak?
Bapak Abdullah, pernikahan
adalah ibadah. Maka
menegakkan fungsi masing-
masing adalah keniscayaan
yang harus diwujudkan.
Seorang suami adalah imam,
maka tugasnya adalah
mengarahkan keluarganya
agar jauh dari api neraka.
 “ Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang
diperintahkan ”.(AQ S At
Tahrim :6)
Maka tugas pertama seorang
suami dalam rumah
tangganya adalah mengajak
mereka, istri dan anaknya,
untuk mendekati Allah,
mencintai agama-Nya,
menegakkan syariat-Nya.
Tentu saja ini tidak semata-
mata masalah ritual tetapi
jauh lebih penting adalah
mengubah hati agar
aqidahnya benar, ibadahnya
lurus dan akhlaknya berubah
menjadi baik. Tentu ini bukan
pekerjaan mudah dan
sebentar. Harus dilakukan
secara rutin dan terus
menerus. Dan suamilah yang
harus bertanggungjawab
untuk menjalankan hal ini,
baik secara langsung ataupun
tidak langsung.
Termasuk tugas suami adalah
membentengi anggota
keluarganya dari pengaruh
buruk yang mungkin mengenai
mereka. Pengaruh ini bisa
datang dari mana saja,
termasuk dari mertua Anda
jika mereka jauh dari nilai
agama. Bukan hal mudah
untuk mengatasi hal ini,
namun bukan berarti tidak
mungkin. Optimis, husnudzan
pada Allah, adalah sikap yang
dibutuhkan ke depan. Tentu
Anda sangat mencintai istri
Anda, namun patut diingat
bahwa seorang suami harus
mampu mengarahkan istri
ketika bengkok, dengan
ketegasan tanpa
meninggalkan nuansa kasih
sayang di dalamnya. Jangan
sampai seorang istri dibiarkan
ketika membangkang pada
suami, kurang menjalankan
kewajiban, sampaipun dalam
urusan makan suaminya
terlantar. Anda memang
berkewajiban memberi
nafkah, namun teknisnya tidak
harus semua gaji dipegang
istri sehingga jika Anda punya
keperluan malahan Anda jadi
berhutang. Tegakkan
kewibawaan di hadapan istri,
Pak, sehingga Anda tidak
didominasi olehnya, bukankah
Anda adalah pemimpin
keluarga?
Sikap istri Anda menghormati
dan mencintai Ibunya adalah
hal yang baik, bersyukurla,
namun jangan sampai hal ini
mengalahkan kepatuhannya
pada suami dalam hal yang
ma ’ruf. Cobalah dekati
mertua Anda, tunjukkan
bahwa Anda juga menyayangi
mereka, selain dalam hal
aqidah, mertua tetap berhak
mendapat perlakuan yang
baik. Mungkin ini pintu awal
merebut simpati istri maupun
mertua Anda dan peluang
untuk mendakwahkan
kebaikan pada mereka.
Bersabarlah, Pak...kesabaran
Anda insya Allah tidak akan
sia-sia. Tetap semangat.
Wallahu a ’lam bish-shawab
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wa barakatuh
bu Urba.

0 komentar:

Posting Komentar

MOTEKAR-LIFE™ © 2008 Template by:
SkinCorner